bajak laut dan bioluminesensi
siapa bilang, Bajak Laut selalu jahat. dongeng-dongeng menggambarkan bajak laut sebagai perompak, sosok yang keji, penguasa lautan. tapi, tidak semuanya begitu. buktinya, malam ini ia tidur di mataku, mengetuk alam bawah sadarku dengan sopan, dan kubiarkan ia masuk ke dalam mimpiku. sampai di mimpiku ia langsung berkata, " Nona, bagaimana kabarmu hari ini?" ia tersenyum ceria sambil melambaikan tangan pisaunya ke arahku. aku menggenggam tangannya dan kami berjalan bersisian di sepannjang dek. Bajak Laut, baik. ia mengerti bahwa hari ini aku butuh cerita. ia mengajakku mengelilingi kapalnya, memperkenalkanku kepada anak buah kapal, " Beri salam kepada nona ini!" lalu anak buah kapal memberi salam sambil tersenyum dan beberapa menampilkan gigi emasnya.
" Beberapa jam lagi akan ada pertunjukan." kata Bajak Laut. jadi kami menunggu di buritan sambil menyesap secangkir teh. senyap. hanya ada suara gelombang air laut. malam ini, hangat. mungkin karena secangkir teh dan Bajak Laut di sisiku. karena suasana sunyi begini, aku mulai bercerita, " Tuan Bajak Laut, tadinya aku baik-baik saja." kataku memandang matanya yang hanya sebelah. " Tapi menjelang siang, kegelisahanku muncul. aku merasa hidup dalam sangkar. aku gelisah jika suatu hari nanti saat aku mati, aku pasti mati, kita pasti mati, mati dalam sangkar. tanpa sempat melihat dunia. tanpa sempat berada di tengah umat manusia. dan tanpa semat melakukan semua hal. lalu, aku mati sendirian. tanpa menjadi berguna."
aku mengalihkan pandaku ke arah air laut, " pertunjukannya sudah dimulai, Nona." kata Bajak Laut. aku terpukau. cahaya dimana-mana, bioluminesensi. cahayanya berpendar-pendar. bajak laut memandangku sambil tersenyum, " nona, kau tangguh! jangan takut, hiduplah!" aku mendengarkan sambil terus memandangi bioluminesensi yang tidak bisa kusaksikan di kenyataan. lama aku memandangi cahaya-cahaya itu hingga Bajak Laut menggenggam tanganku erat. " sepertinya kita sampai disini saja, Nona. semoga esok malam kau tidur nyenyak." aku memandangnya. sosoknya mulai kabur, juga keadaan di sekitarku. " bisakah kita bertemu lagi, Tuan?" saat itu hawa dingin perlahan menyelimuti diriku. " hidup saja dengan baik, setelah itu aku akan menemuimu dengan sosok yang lebih baik juga. selamat tinggal, Nona. tidurlah dengan nyenyak, makan yang cukup." dingin. pandanganku kembali menatap langit-langit dan lampu yang menyala terang di atas kepalaku.
bajak laut itu, tak pernah menemuiku lagi.
AAAA, KECE BANGTT, SEMANGAT KAKAA
ReplyDelete