Kesedihan Tak Berkesudahan (Bagian 2)

Aku lebih banyak menangis. Skala keseringannya lebih banyak daripada waktu itu. Apa aku di ambang kata darurat? Aku tak paham. Apa aku butuh pertolongan? Aku tak paham. Yang aku paham, rasa ini sudah menjalar sepanjang 5 tahun seharusnya 6 tahun, tapi dipotong 1 tahun pertama kuliah dan tinggal di asrama karena itu adalah masa paling bahagia dalam hidupku.

Kesedihan ini tak berkesudahan. Akarnya masih sama, namun saat ini ditumbuhi tunas-tunas kecil semacam pasangan, akademik, realita sosial, dan kegagalan. Indonesia sudah gelap, Aku lebih gelap. Kegelapan yang menyelimutiku tak kunjung-kunjung pergi walau sudah kucoba usir dengan berbagai cara. Akupun lelah. Mencoba tenggelam saja di dalamnya. Sekarang aku sudah bisa menerima ketenggalaman. Aku sudah berhenti belajar cara berenang. Persetan kehidupan. Toh, sebentar lagi berakhir, untukku.

Satu-satunya hal yang masih bisa membuatku tetap waras dan bahagia mungkin hanya isi kepalaku dan cerita yang kubuat, yang hidup terus-menerus didalamnya. Cerita-cerita itu tumbuh, menjalar ke seluruh saraf-saraf otak. Oh, ya ngomong-ngomong tentang kesedihan yang akarnya masih sama itu, orangtuaku pindah ke jogja bukan karena ingini dekat denganku atau apapun itu. Sudah dijelaskan dengan gamblang oleh mereka bahwa mereka tidak bangga sama sekali padaku.

Ah, mungkin semua ini memang kutukan Tuhan terhadapku yang sudah tidak ibadah selama 2 tahun penuh. Mungkin juga karena niatku hari itu setelah lulus dari "penjara suci" yang memang ingin durhaka kepada Tuhan. Tuhan, maafkan aku. Tapi, aku hanya ingin bahagia sepanjang dekade. Tuhan, apa kau mendengarku. Apa seluruh kesedihan ini adalah hukumanmu untukku karena tak pernah mendengarkan pelajaran tentang Agamamu selama 6 tahun itu. Tuhan, ampuni aku. Aku hanya ingin bahagia sepanjang dekade. Tuhan, rengkuh aku. Sungguh, rengkuh aku.

 Kesedihan Tak Berkesudahan - Hadiah dari Tuhan 

  

Comments

Popular posts from this blog

your head as my favorite bookstore

tidak seperti malam-malam kemarin

berita kehilangan